img.emoticon { padding: 0; margin: 0; border: 0; }]]
Sharing dengan blog yuuuk ... Berbagi itu indah ... Berbagi itu membawa berkah ...

Rabu, 12 Januari 2011

SEKILAS TENTANG PUISI


A.    Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi pemilihan kata), majas, rima, dan irama yang terkandung dalam satsra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dikarenakan oleh pamadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya.
Adapun ciri-ciri  puisi adalah sebagai berikut:
·         Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
·        Dalam penyusunannya unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
·         Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
·         Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tifografi, diksi, majas, rima, dan irama)[1]

B.     Bermain dengan kata-kata
Siswa bermain dengan kata, mereka tertawa dengan bahasa, menciptakan gambaran kata, mengadakan percobaan dengan sajak, dan menemukan kata-kata yang baru. Ini jenis aktifitas yang melatarbelakangi pengalaman anak yang ingin membaca dan menulis puisi. Meskipun aktifitas ini bukan puisi, anak-anak bisa tumbuh menjadi percaya diri dan leluasa (fleksibel) dalam menggunakan kata untuk menulis puisi.
1.      Tertawa dengan bahasa
Anak-anak mempelajari kata itu mempunyai kekuatan untuk menghibur, mereka menikmati membaca cerita, menulis teka-teki dan TTS. Pada mulanya anak bermain kata dengan membuat-buat pertanyaan yang jawabannya masih terkait dengan pertanyaan. Akan tetapi, dengan expenence bisa kedua-duanya menyediakan pertanyaan dan member jawaban yang terkait dan jawaban mereka mungkin salah satu yang bukan atau deskriptif. Contoh: mengapa gajah tidak bisa masuk ke dalam kulkas? Karena gajah terlalu besar untuk kulkas itu.
Ada banyak teka-teki siswa kelas dasar yang nampaknya bodoh menurut standar orang dewasa, tetapi “wordplay” adalah suatu pendahuluan, tanda penting untuk menciptakan teka-teki atau tebakan.

2.      Membuat kata bergambar
Pada dasarnya anak tingkat dasar  belajar untuk mengisi teka-teki silang, biasanya merek belajar untuk menempatkan garis horizontal dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah membentuk sebuah garis lurus dari kata-kata cetak. Meskipun begitu, mereka biasa mencontoh dan membuat kata bergambar dengan menjadikan kata sebagai bentuk gambar yang ingin mereka gambar. Dalam tahap membuat kata bergambar ini ada tiga tahap, yaitu:
a)      Kata bergambar (word picture), dalam tahap ini seorang siswa hanya menggunakan kata sementara untuk menggambar atau membentuk sesuatu yang diinginkannya.
Contoh: Kata-kata “kelinci” dibentuk sedemikian rupa hingga membentuk gambar kelinci.
b)      Penggambaran kata (descriptive words), dalam tahap ini siswa belajar membuat gambar kata yang mengilustrasikan (memiliki) arti. Jadi, gambar yang dibuat tidak hanya sebuah kata, akan tetapi langsung kelihatan arti (makna) dari gambar tersebut.
Contoh: untuk kata “burung”, tidak hanya ditulis b-u-r-u-n-g, akan tetapi jauh lebih mendalam (disertai kreasi gambar burung) pada kata tersebut.
c)      Kalimat bergambar (sentences picture), dalam tahap ini siswa lebih kreatif lagi yakni membuat gambar dengan menggunakan ungkapan atau kalimat (sebuah deskripsi yang menjelaskan gambar tersebut). Jadi beberapa kalimat disusun sedemikian rupa hingga membentuk gambar (objek) yang diinginkan dan tidak lupa juga meletakkan “bintang” sebagai tanda untukmulai membaca kalimat bergambar.
Contoh: Beberapa kalimat atau ungkapan tentang kambing. Siswa mulai mengkombinasikan kalimat kedalam bentuk kambing. Dan untuk kalimat pertama diletakkan bintang agar mudah untuk memulai membaca.

3.      Bereksperimen dengan rima
Pada anak-anak, biasanya rima itu tercipta secara spontan dan natural. Ketika rima ada secara natural, rima dapat menambah kesenangan anak dalam menulis puisi, akan tetapi jika itu disamakan dengan puisi maka itu akan menjadi bagian pendahuluan dari puisi tersebut.
Contoh:
? = Apa yang disebut dengan astronot?
+ = Laki-laki langit

4.      Alat-alat puisi
Ada beberapa alat (teknik) dalam membuat puisi:
a)      Perbandingan (comparison)
Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Untuk dapat membandingkan, siswa bisa menggunakan 2 jenis, yaitu:
·         Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan dan lainnya.
Contoh:
-          Persaudaraan mereka bagaikan kucing dan anjing.
-          Ibarat bunga di atas gunung.
-          Bisul itu bagaikan gunung ingin meletus
·         Kiasan adalah kata-kata yang berbunga-bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya, kata kiasan dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang disampaikan. Contoh:
-          Cita-citanya setinggi langit.
-          Wajahnya bagaikan rembulan.

b)      Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dalam baris-baris karya. Perlu ditegaskan bahwa aliterasi bukannya pengulangan huruf konsonan, tapi bunyi konsonan. Kedudukan konsonan itu boleh jadi diawal kata (contoh: segala sudah sedia) atau pada suku kata yang ditekankan (contoh: duka menjalar ke jantung).

c)      Onomatopoei
Onomatopoei digunakan untuk menggambarkan kata-kata yang terlihat seperti suara mereka menggambarkan (bentuk kata yang menirukan sesuatu bunyi).
Contoh:
-          Suara kucing = “meong”
-          Suara anjng = “guk guk”
-          Bunyi bel rumah = “ting tong”
Contoh: (terjemah dari puisi “elephant noses”)
Hidung Gajah
Hidung gajah hidung gajah
Gajah memiliki hidung yang besar
Hidung besar hidung besar
Gajah memiliki hidung yang besar
Ketika mereka minum
SCHLUUURRRP

d)     Pengulangan (Repeatition)
Pengulangan ungkapan dan kata-kata adalah suatu teknik lain yang menggunakan ke struktur penulisan untuk menambah kenikmatan dan perhatian.
Contoh:
-          Roti manisan jahe yang enak yang dibuat oleh seorang anak laki-laki yang handal

C.     Pembacaan Puisi
1.      Jenis-jenis puisi
a.       Roman adalah sajak yang berisi curahan perasaan cinta.
b.      Elegi adalah sajak yang berisi curahan perasaan sedih atau ratapan.
c.       Ode adalah sajak yang berisi sanjungan kepada orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat (pahlawan).
d.      Himne adalah sajak yang berisi pujian-pujian kepada Allah Swt., tanah air, seseorang atau sesuatu yang dimuliakan.
e.       Epigram, slogan, semboyan, atau sajak yang berisi semboyan ajaran hidup. Tujuannya menanamkan semangat perjuangan hidup, baik untuk diri sendiri ataupun bagi yang lain.
f.       Satire adalah sajak yang berisi sindiran, kritik, atau kecaman, misalnya ditujukan untuk menyindir kepincangan social dan kebobrokan moral.
g.      Balada adalah sajak yang berisi cerita atau kisah.[2]



2.      Puisi-puisi favorit
Anak-anak biasanya memiliki batasan dalam menentukan puisi terbaik yang mereka suka. Mereka lebih menyukai puisi narasi dan bersifat lucu, bukan puisi perumpaan dan berisi kiasan. Bagian terpenting dari puisi tersebut adalah rima, ritme, dan suara. Untuk anak tingkat dasar lebih menyukai puisi tradisional, dan untuk anak tingkat menengah (SMP) lebih ke puisi modern, sedangkan anak tingkat atas (SMA) lebih memilih puisi yang berima.

3.      Mengajarkan siswa membaca puisi
Fokus dalam pembelajaran siswa untuk membaca puisi adalah kenikmatan. Siswa perlu mempunyai banyak pengalaman untuk membaca dan mendengarkan puisi yang dibaca dengan suara keras, mereka perlu mempelajari beberapa pendekatan untuk berbagi syair atau puisi. Guru juga harus membagi puisi dengan siswa, terutama puisi yang mereka suka. Siswa tidak diharapkan untuk meneliti puisi, sebagai gantinya mereka membaca puisi mereka, membagi puisi favorit mereka dengan teman sekelas. Siswa menggunakan proses pembacaan sebagaimana mereka membaca dan bereaksi terhadap puisi.
Unsur-unsur yang dapat meningkatkan pembacaan puisi adalah:
·         Tempo Hoa, pelan-pelan untuk membaca baris.
·         Rhythm-Which, kata-kata untuk menekankan atau kata-kata yang paling nyaring.
·         Pitch-When, untuk menaikkan atau untuk menurunkan suara itu.
·         Juncture-When, berapa dan untuk berhenti sebentar.
Latihan membaca puisi pada mulanya dicontohkan oleh guru, kemudian siswa-siswa mengulangi. Selain itu, ada beberapa pengaturan terkait dengan pengajaran membaca puisi, yaitu:
·         Gema yang membaca, yakni pemimpin membaca masing-masing garis dan kelompok itu mengulangi.
·         Paduan suara dan pemimpin yang membaca, yakni pemimpin membaca bagian utama (menyangkut) syair/puisi, dan kelompok membaca paduan suara atau refren (dalam) persesuaian.
·         Kelompok kecil yang membaca, yakni kelas membagi dalam dua atau lebih kelompok, dan masing-masing kelompok membaca puisi.
·         Pembacaan kumulatif, yakni satu siswa atau satu kelompok membaca bait pertama, dan siswa kelompok lain ikut serta ketika masing-masing bait atau garis adalah readiso yang suatu efek kumulatif diciptakan.

4.      Menilai gambaran puisi siswa
Ada beberapa cara guru dalam menilai puisi/persajakan, diantaranya:
a.)    Mengamati siswa ketika membaca puisi.
b.)    Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar puisi favorit untuk menilai kesenangannya dalam puisi.
c.)    Mencatat perhatian siswa terhadap penyair yang menggunakan “wordplay”.

D.    Menulis Puisi
1.      Bentuk-bentuk puisi
a.)    Puisi terbuka adalah bentuk puisi bebas yang tidak terkait dengan elemen-elemen puisi, seperti rima, panjang baris, dan bentuk-bentuk meter yang ada secara teratur dan konsisten.
b.)    Puisi tertutup adalah bentuk puisi yang “patuh” pada struktur dan pola puisi yang sudah ada.
c.)    Stanza adalah unit dari sebuah puisi yang kadang diulang pada bentuk puisi yang sama diseluruh tubuh puisi, juga merupakan unit dari baris puitika (“paragraph syair”).
d.)   Syair kosong adalah syair yang tidak mempunyai rima atau anak rima.
e.)    Syair bebas adalah baris yang tidak mempunyai pola atau struktur tertentu.
f.)     Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.
contoh:
Jalan jalan ke tepi pantai
Tak sengaja bertemu ular
Kalau kita ingin pandai
Maka rajin-rajinlah belajar
g.)    Syair  adalah ungkapan yang berisi petuah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Contoh:
Negeri bernama negeri Bestari
Raja adil serta berbudi
Mempunyai kuasa berkat Illahi
Raja disembah petang dan pagi
h.)    Karmina merupakan pengembangan dari pantun. Karmina merupakan pantun pendek (2 baris)
Contoh:
Burung Irian burung cendrawasih
Cukup sekian dan terimakasih
i.)      Talibun merupakan pengembangan dari pantun. Berbeda halnya dengan karmina, talibun adalah bentuk pantun versi panjang (6 baris).
Contoh:
Kalau pandai berkain panjang
Serupa dengan kain sarung
Lebih dari kain pelikat
Kalau pandai berinduk semang
Serupa dengan ibu kandung
Siang malam dijadikan tongkat
j.)      Gurindam  adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh:
Kalau kita mau pacaran
Harus siap jadi korban
2.      Puisi bentuk bebas
Puisi bentuk bebas adalah  puisi yang barisnya tidak mempunyai pola atau struktur tertentu.
Contoh:
IBUMU LAUT
Karya Adin
Ibumu laut
yang melepas kapal-kapal tanpa bertanya mengapa
dan menitipkan doanya pada gemuruh ombak
supaya angin menjadi penunjuk
agar karang-karang tak tertabrak
ibumu laut
seberapa jauh kau berlayar
akan kembali pada pantainya juga

3.      Model-model puisi
Adapun model pembelajaran puisi yaitu:
a.)    Paraphrase puisi
b.)    Melagukan puisi
c.)    Membaca puisi

4.      Mengajarkan siswa menulis puisi
Hal yang penting dalam pengajaran menulis puisi adalah guru membantu siswa mengembangkan konsep puisi sebelum menulis puisi. Adapun langkah-langkah dalam pengajaran menulis puisi adalah:
a.)    Menjelaskan bentuk puisi, menggambarkan  bentuk puisi pada siswa dan menjelaskan apa yang  termasuk dalam setiap baris atau bait kemudian menampilkan table yang menggambarkan bentuk  atau siswa menulis diskripsi bentuk puisi dalam catatan puisi mereka.
b.)    Membagi puisi sederhana, membaca puisi dengan keras yang ditulis oleh anak-anak dan dewasa yang melekat pada bentuk, kemudian membagi puisi sederhana. Setelah membaca dan merespon setiap puisi, siswa menekankan bagaimana penyair dari tiap puisi menggunakan bentuk.
c.)    Menulis puisi kolaborasi kelas. Siswa menulis puisi kolaborasi kelas  atau puisi dalam kelompok kecil, sebelum menulis puisi secara individual. Masing-masing siswa memberikan kontribusi pada setiap baris untuk kolaborasi kelas. Siswa juga membutuhkan informasi tentang bagaimana menggubah puisi pada sebuah halaman, bagaimana membagi huruf besar dan tanda baca dan mengapa hal itu diperlukan untuk tidak menulis dan menghapus beberapa kata.
d.)   Puisi individual menggunakan proses penulisan. Siswa menggunakan proses penulisan untuk menulis puisi. Mereka menulis susunan raugh, yang bertemu dalam kelompok. Menulis untuk menerima feedback. Maka revisi-revisi tersebut didasarkan pada feedback ini, kemudian mengedit puisi mereka dengan teman sekelas atau guru, kemudian siswa membagi puisinya.

5.      Menilai karangan puisi
Tatkala guru membaca, merespon, dan menilai puisi yang ditulis siswa, guru perlu mengenali inti dari janji dalam puisi tersebut dan membangun nilai tersebut, sebagai gantinya mencatat ketiadaan anak-anak dari konvensi orang dewasa. Menurut Donald Graves (1992), guru-guru harus fokus pada posisi dan kekaguman pada tulisan siswa dan kemampuan unik siswa untuk membuat yang umum tampak menjadi tidak umum. Guru juga dapat mencatat detail khusus, imajinasi kuat, permainan kat, perbandingan onopatopoeia, aliterasi dan pengulangan kata-kata dan baris yang siswa sepakati dalam puisi mereka.



[1] Drs. E. Kosasih, M.Pd. Ketatabahasaan dan Kesusastraan (Bandung: Yrama Widya, 2004) h. 235
[2] Drs. Supratman Abdul Rani dan Dra. Yani Maryani. Intisari Sastra Indonesia ( Bandung: Pustaka Setia, 2004) h. 82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar