img.emoticon { padding: 0; margin: 0; border: 0; }]]
Sharing dengan blog yuuuk ... Berbagi itu indah ... Berbagi itu membawa berkah ...

Kamis, 09 Desember 2010

Aliran Positivisme

Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon ( sekitar 1825 ). Positivisme berakar pada empiris. Prisif filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empirist Inggris Francist Bacon ( sekitar 1600 ).
Tesis positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
Atas kesuksesan teknologi industri abad XVIII positivisme mengembangkan pemikiran tentang imu universal bagi kehidupan manusia, sehingga bekembang etika, politik, dan juga agama sebagai disiplin ilmu. Tentu menjadi etika, politik, dan agama yang positivistik.
Dalam pengembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner, positivisme kritis.
1. Positivisme Sosial
Positivisme sosial merupakan penjabaran lebih jauh dari kebutuhan masyarakat dan sejarah. August Comta dan John Stuart Mill merupakan tokoh-tokoh utama positivisme sosial.
Sedangkan para perintisnya adalah Saint Simon dan penulis-penulis sosialistik dan utilitarian;yang karya-karyanya juga dekat tokoh besar dalam ekonomi : Thomas Malthus dan David Ricardo. Positivisme sosial mengembangkan ilmu terutama untuk mengembangkan organisasi sosial.
a. Filsafat Positivisme August Comte
Filsafat positivistic Comte tampil dalam studinya tentang sejarah perkembangan alam fikir manusia. Matematika bukan ilmu, melainkan alat berfikir logik. August Comte terkenal dengan penjenjangan sejarah perkembangan alam fikir manusia, yaitu : teologik, methafisik, dan positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang bahwa segala sesuatu itu hidup dengan kemauan dan kehidupan seperti dirinya. Jenjang teologik ini dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu : tahap animisme atau fetshisme, yang memandang bahwa pada setiap benda itu memiliki kemauannya sendiri, kedua, tahap polytheisme, yang memandang sejumlah dewa menampilkan kemaunnya pada sejumlah objek, dan ketiga tahap monotheisme yang memandang bahwa ada satu Tuhan yang menampilkan kemauannya pada beragam obyek. Pada jenjang alam fikir methaphisik abstraksi kemauan pribadi berubah menjadi abstrak tentang sebab dan kekuatan alam semesta. Pada jenjang positif, alam fikir manusia mengadakan pencarian pada ilmu yang absolut, mencari kemauan terakhir atau sebab pertama. Ilmu yang pertama menurut Comte adalah astronomi, phisika, kimia, dan phisiologi ( biologi ).
b. Metodologi August Comte
Alat penelitian pertama menurut Comte adalah observasi. Kita mengobservasi fakta; dan kalimat yang penuh tautology hanyalah pekerjaan sia-sia. Tidak mengamati sekaligus menghubungkan dengan sesuatu hukum yang hipotethik, diperbolehkan oleh Comte. Itu merupakan kreasi simultan observasi dengan hukum, dan merupakan lingkaran tak berujung. Eksperimentasi menjadi metode yang kedua menurut Comte. Suatu proses regular phenomena dapat diintervensi dengan sesuatu lain tertentu. Komparasi. Untuk hala-hal yang lebih kompleks seperti biologi dan sosiologi metode penelitian yang terbaik adalah komparasi.
c. Sosiologi August Comte
Comte-lah yang pertama-tama menggunakan istilah sosiologi untuk menggantikan istilah physique sociale dari Quetelet. Comte membedakan antara social statics dan social dynamics. Pembedaan tersebut hanyalah untuk tujuan analisis. Keduanya menganalisis fakta sosial yang sama, hanya dengan tujuan yang berbeda, yang pertama menelaah fungsi jenjang-jenjang peradaban, yang kedua menelaah perubahan-perubahan jenjang tersebut.
Comte juga membedakan antara konsep order dan progress. Order terjadi bila masyarakatnya stabil berpegang pada prinsif dasar yang sama, dan terdapat persamaan pendapat. Disebut ada progress, dengan dicontohkan ketika muncul ide Protestanisme dan revolusi Perancis.
d. Bentham dan Mill
Tokoh semasa dengan Comte yang juga memberi landasan positivisme adalah Jeremy Bentham dan James Mill. Menurut keduanya ilmu yang valid adalah ilmu yang dilandaskan pada fakta. Ethik tradisional yang dilandaskan pada moral, diganti dengan ethik yang dilandaskan pada motif perilaku, pada kepatuhan manusia terhadap aturan. Mill menolak kekuasaan absolut dari agama. Mill berpendapat bahwa kebebasan manusia itu bagaikan a sacred fortress ( benteng suci ) yang aman dari penyusupan otoritas apapun
2. Positivisme Evolusioner
Positivisme evolusioner berangkat dari phisika dan biologi.
a. Herbert Spencer
Konsep evolusi Spencer diilhami konsep evolusi biologik. Dalam konsepnya, evolusi merupakan proses dari sederhana ke kompleks. Pengetahuan manusia menurut Spencer terbatas pada kawasan phenomena. Agama yang otentik mengungkap kawasan yang penuh misteri, yang tak diketahui, yang tak terbatas, hal mana yang phenomena tunduk kepada yang misteri. Sebagai perintis sosiologi. Spencer berpendapat bahwa sosiologi merupakan disiplin ilmu teoretik yang mendeskripsikan perkembangan masyarakat manusia. Pandangan tersebut diterima oleh sosiolog positivistic seperti Emile Durkheim, Spencer, dan selanjutnya positivist lainnya menerima penafsiran evolusi yang bersifat hal dan gerak yang materialistik ataupu kesadaran yang spiritualistic.
b. Haeckel dan Monisme
Agama sering melihat materi dan ruh sebagi dua yang dualistic. Haeckel memandang bahwa hal dan kesadaran itu menampilkan sifat yang berbeda, tetapi mengenai substansi yang satu, monistik. Berbeda dengan Lombrosso yang berpendapat bahwa perilaku criminal itu bersifat positivistic biologic deterministic. Wilhelm Wundt penganut positivisme evolusioner menampilkan teori paralelisme psikhophisik, menentang monisme materialistik Lombrosso. Dalam perkembangannya konsep evolusioner tersebut diperkaya dengan masuknya unsur kebebasan ( Dewey ), atau unsure baru dan kreatif ( Bergson dan Morgan ).
3. Positivisme Kritiss
a. Mach dan Avenarius
Pada akhir abad XIX positivisme menampilkan bentuk lebih kritis dalam karya-karya Ernst Mach dan Richard Avenarius; dan lebih dikenal sebagai empiriocritisisme. Bagi Mach dan Avenarius, fakta ( sebagaiman para positivist lainnya memandang ), menjadi satu-satunya jenis unsure untuk membangun realitas. Realitas bagi keduanya adalah sejumlah rangkaian hubungan beragam hal indrawi yang relatif stabil. Unsur hal yang indrawi itu dapat fisik atau psikis. Dengan demikian sesuatu itu adalah persepsi kita atau representasi dari sesuatu itu.
Teori tentang konsep, hukum ilmiah, dan kausalitas pada positivisme kritis ini berbeda dengan positivisme tradisional. Menurut Mach, konsep merupakan abstraksi selektif atas sejumlah fakta yang pemilihannya lebih didominasi oleh biologic. Oleh karena minat orang satu berbeda dengan orang lain, maka konsep yang terbentuk pula berbeda. Ahli hukum, dokter, atau lainnya akan menampilkan konsep yang berbeda karena selektivitas berdasar interesnya akan memberi warna persepsinya.
b. Pearson
Konsep hukum menurut positivisme klasik merupakan relasi konstan sejumlah fakta, sedangkan menurut Karl Pearson merupakan suatu deskripsi tentang dunia luar, bukan persepsi. Sementara Mach memandang hukum sebagai preskripsi tentang phenomena yang diharapkan.
Mach dan Pearson hendak membebaskan pengertian kausalitas dari konsep paksaan. Konsep fungsi dalam matematik, menurut Mach dapat dipakai sebagai pengganti konsep sebab. Matematika telah berhasil menggunakan bentuk persamaan untuk menjelaskan tentang suatu unsure dapat menjadi fungsi terhadap unsur-unsur lainnya.
c. Petzoldt
Segaris dengan Mach, Joseph Petzoldt mengajukan konsep law of univocal determination sebagai pengganti prinsif kausalitas. Menurut Petzoldt hukum ini memungkinkan orang memilih kondisi mana yang diperkirakan lebih efektif terhadap determinasi suatu phenomena. Pearson menyimpulkan dari deskriptifnya tentang hukum ilmiah bahwa hukumhanya memberi efek logis, tidak perlu efek phisik. Teori gerak putar planet dengan sendirinya menampilkan keharusan logis gerak putar planet, tetapi tidak mengharuskan dapat diamati sekuensi gerak putar yang indrawi. Pandangan positivisme kritis ini menjadi anteseden munculnya neopositivisme, yang juga dikenal sebagai positivisme logik.
1. Positivisme Logik
Positivisme modern dikembangkan oleh filosof abad XX dan dikenal sebagai positivist logic. Yang memberi nama positivisme logic adalah A. E. Blumberg dan Herbert Feigel pada tahun 1932. nama lain antara lain : empirisme logik dan neopositivisme.
a. Kritik terhadap Filsafat Tradisional
Mach dan juga Schilk menolak untuk disebut filosof. Berfikir positivisme logik mereka pandang sebagai eksistensi ilmu menjangkau semua kawasan kebenaran sistematik; berbeda dengan para idealist jerman yang menyatakan bahwa filsafat merupakan supra-science tentang kebenaran.
Positivisme logik menolak yang absolut, karena itu kebenaran diluar waktu, merupakan sesuatu yang transeden, dan itu merpakan ilusi, sesuatu yang tak bermakna. Menurut para positivist ini dunia abadi itu sesuatu yang tidak dapat dibuktikan ada atau tidak ada. Realisme dan idealisme merupakan tesis epistemologi yang tiada makna.
b. Positivisme dan Ethik
Positivisme logik menolak ethik transcendental yang berada dikawasan metaphisik. Para penganut Neo-Kantian dikenal sebagai epistemologi positivistic yang menolak segala bentuk ethnic transenden. Schlick berupaya membebaskan ethik dari kawasan transeden dan menjadikan ethik yang melandaskan pada teori naturalistic. Salah satu teori ethik positivistik adalah emotive theory. Jangan mencuri dimaknai sebagai suatu yang diperintahkan bagi kebaikan diri atau pun bagi kebaikan masyarakat.
c. Prinsif Variabilitas
Salah satu prinsif utama dalam positivisme adalah penerapan prinsif variabilitas terhadap sesuatu sebagai benar. Apakah sesuatu dideskripsikan sebagai benar dengan menggunakan preposisi atau bentuk lain, perlu diverifikasi benar salahnya. Sesuatu deskripsi yang benar, mungkin sekali diperkembangkan menjadi hukum, yang diharapkan dapat memberikan inferensi, memprediksikan untuk kasus lain atau kasus mendatang. Dalam hal ini Ramsey dan juga Schlick menyarankan konsep variabilitas perlu diganti dengan konsep confirmabilitas, dan ahli lain menawarkan konsep testabilitas.
Verifikasi mengutamakan pada benar tidaknya suatu kesimpulan. Confirmabiitas menekankan pada dapat tidaknya dipakai untuk membuat inferensi. Testabilitas menekankan pada obyektivitas, yang memberi peluang pada siapapun untuk mengujinya.
2. Positivisme Fungsional
Positivisme modern juga dikenal sebagai positivisme fungsional. Kerangka positivisme modern tetap menggunakan paradigma kuantitatif matematik yang diasumsikan isomorphik dengan IPA. Positivisme modern disebut pula sebagai positivisme fungsional, karena mengadopsi analogi biologik dan system mekanik dipakai untuk memahami perilaku manusia.
Positivisme modern telah penulis lacak dalam buku penulis “Teori Perubahan Sosial”, ( 1982 ), dan khusus dalam buku filsafat Ilmu ini penulis tunjukkan bagaimana para ahli berteori dalam paradigma analogi biologic atau analogi mekhanik, termasuk penulis sendiri juga berteori dengan menggunakan analogi mekhanik. Penulis hendak menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sering terbawa arus zamannya, termasuk alur fikirnya berkembang berkelanjutan. Khusus pada positivisme modern penulis akan ketengahkan bagaimana analogi mekhanik mempengaruhi berkelanjuta banyak teori, dan bagaimana para ahli terpengaruh oleh ahli sebelumnya dalam analogi biologik.

Kesimpulan
Isilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon ( sekitar 1832 ). Positivisme berakar pada empiris. Positivisme dikembangkan pertama kali oleh empirist Inggris Francis Bacon ( sekitar 1600 ).
Positvisme adalah filsafat oleh Saint Simon yang mengatakan bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat dijadikan obyek pengetahuan. Positivisme menolak segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta , menolak segala penggunaan metoda diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
Dalam pengembangannya ada 3 positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner, positivisme kritis.
1. Positivisme Sosial
Positivisme sosial mengembangkan ilmu terutama mengembnagkan organisasi sosial kemasyarakatan baik dalam kebutuhan masyarakat maupun sejarahnya.
a. Filsafat Positivistik August Comte
Filsafat ini membahas tentang sejarah perkembangan alam pikir manusia.
Ada 3 jenjang dalam perkembangan alam fikir manusia yaitu teologik, metaphisik, positif.
Teologik, pada jenjang ini manusia memandang bahwa segala sesuatu itu hidup dengan kemauan dan kehidupan seperti dirinya. Jenjang teologik ini dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu :
Animisme adalah tahap kepercayaan kepada benda-benda gaib.
Polytheisme adalah paham yang menganut banyak kepercayaan atau banyak agama yang diyakininya.
Monotheisme adalah paham yang menganut satu kepercayaan.
b. Metodelogi August Comte
alat penelitian yang pertama menurut Comte adalah observasi, yang kedua eksperimentasi, dan yang terakhir komparasi.
c. Sosiologi August Comte
Comtelah yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi untuk menggantikan istilah physique sociale dari Quetelet. Comte menbedakan antara social statics dan social dynamics. Disini Comte mencoba untuk mengetahui sifat, keadaan, dan pertumbuhan atau perkembangan dalam masyarakat.
d. Bentham dan Mill
Menurut Jeremy Betham dan James Mill ilmu yang valid adalah ilmu yang dilandaskan pada fakta. Daam hal ini Bentham dan Mill mengemukakan perbuatan baik dan buruk manusia. Mill menolak kekuasaan absolut dari agama.
2. Positivisme Evolusioner
Positivisme evolusioner berangkat dari phisika dan biologi.
a. Herbert Spencer
Menggunakan konsep evolusi biologik ( sederhana ke kompleks ). Dalam hal ini Herbert Spencer mengemukakan perkembangan hidup manusia itu dari kekurangan sampai yang sempurna sebagai manusia baik tentang agama dan segala aspek kehidupan.
b. Haeckel dan Monisme
Haeckel memandang bahwa hal dan kesadaran itu menampilkan sifat yang berbeda, tetapi mengenai substansi yang satu, monistik. Lambrosso berpendapat bahwa perilaku kriminal bersifat positivisme biologik.
3. Positivisme Kritis
a. Mach dan Avenarius
Mereka berpendapat bahwa sesuatu itu adalah serangkaian relasi indrawi dan pemikiran kita adalah persepsi kita atau representasi dari sesuatu itu.

Pendapat tentang Filsafat Positivisme
Secara garis besar positivisme adalah sebuah filsafat dari seseorang yang menunjukkan kebenaran tidak hanya mendengar dari seseorang tapi perlu turun kelapangan untuk membuktikan kebenarannya. Positivisme muncul di Prancis dipelopori oleh August Comte ( 1798-1857 ). Positivisme selalu ingin menunjukkan kebenaran yenta sesuai dengan fakta yang diperoleh oleh diri seseorang tersebut. Masa sekarang ini hendaknya menerapkan ilmu yang disebut positif. Karena ilmu positif sangat diperlukan dalam segala hal segi kehidupan. Dengan menggunakan ilmu positif arah kehidupan kita terjamin. Oleh sebab itu positivisme ilmu filsafat yang sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang telah dikemukakan August Comte bahwa untuk menciptakan masyarakat baru yang serba teratur, maka perlu adanya perbaikan jiwa atau budi masyarakatnya lebih dahulu. Jiwa dan budi itu dimaksudkan untuk menunjang suatu yang bersifat positif. Pada intinya positivismelah yang menunjang kebenaran sejati dan bertangggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar