img.emoticon { padding: 0; margin: 0; border: 0; }]]
Sharing dengan blog yuuuk ... Berbagi itu indah ... Berbagi itu membawa berkah ...

Jumat, 17 Juni 2011

Ruang Lingkup Ilmu Tajwid

A.      Fadha’ilul Qur’an
Ada beberapa macam keutamaan dalam membaca al-Qur’an bertajwid, diantaranya adalah:
a.)      Memberi syafaat pada hari Qiyamat
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
اَقْـرَأواالْـقُـرْانَ فَاِنـََّهُ يَـأْتِيْ يَـوْمَ الْـقِـيَـامَةِ شَـفِـيْـعًاِلأَصْـحَـابِهِ (رواه مـسلـم)
Artinya: “Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang menolong pembacanya”. (HR. Muslim)
b.)     Merupakan amal terbaik
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
عَـنْ عُـثـْـمـَا نَ رَ ضِـيَ اللهُ عَـنْـهَ, عَـنِ الـنَّبِـيِّ صَـلىَّ اللهُ عَـلَيْـهِ وَ سَـلَّـمَ قـَالَ: خَـيْـرُ كُـمْ مَـنْ تـَـعَـلَّـمَ الْقُأرْ آنَ وَ عَـلَّـمَهُ – (رواه الـبخـاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Utsman r.a. bahwa Nabi Saw. Pernah bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an kemudian mengajarkannya kepada orang lain.” [Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, nomor hadits: 5027].
c.)      Mendapat derajat yang tinggi
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
الَّـذِيْ يَقْـرَأُالْقُـرْانَ وَهُوَمـاَهِـرٌبِهِ مَعَ السَّـفَـرَةِ الْـكِـرَامِ البَـرَرَةِ (رواه البخـاري و مسـلم)
Artinya: orang yang membaca al-Qur’an dengan mahir akan bersama-sama malaikat yang mulia lagi taat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
d.)     Mendapat sakinah dan rahmat
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
مــَا اَجْتَـمَـعَ قَـوْمٌ فِي بَيْـتٍ مِـنْ بُيُـوْتِ اللهِ يَـتْـلُـوْنَ كِتَـابَ الله يـتَـدَرَسُوْنَهُ بَـيْنَـهُـمْ الاَّ نَـزَلَـتْ عَـلَيْـهِـمْ السَّـكِـيْنَـةُ وَغَـشَـيَّتْهُـمَ الـمـلائـكـَةُ وَذَ كَـرَهُـمُ الله فِـيْـمَـنْ عِـنْـدَهُ (رواه مسـلم)
Artinya: “Tiada berkumpul suatu kaum disalah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an kecuali turun atas mereka sakinah dan rahmat serta diliputi oleh malaikat serta Allah sebut dihadapan (malaikat) disisi-Nya.”    (HR. Muslim)
e.)      Mendapat sebaik-baik anugerah Allah Swt.
مَـنْ شَـغَـلَهُ الـقُأرْانَ وَ ذِكْـِريْ عَـنْ مَـسْـأَلََتِـي أَعْـطَيْـتُهُ أَفْـضَـلَ مَـا أُعْـطِى الـسَّـا ئِـلِيْـنَ وَفَـضْـلُ كَـلاَم اللهِ سُـبْـحـَانَهُ وَتَـعَـالىَ عَـلىَ سـَا ئِـرِ الْـكَـلاََ مِ كَـفَـضْـلِ اللهِ عَـلىَ خَـلْـقِهِ (رواه التـرمـذي)
Artinya: “Allah berfirman siapa yang sibuk dengan al-Qur’an dan Zikir dari meminta-Ku akan Ku beri sebaik-baik pemberian-Ku kepada orang-orang yang minta dan kelebihan kalam Allah SWT. atas kalam lain seperti kelebihan Allah atas makhluk-Nya.” (HP. Atturmudzi)
B.       Ruang Lingkup Ilmu Tajwid
مـبـحـث عـام
 

مـخارج الحرف                          صفـات الحرف                            أحـكام الحرف                                                                                               متضادة
                          غير متضادة                             
عارضة                                          
لازمـة                                           

        أحكام الوقف و الابتداء        قـاعـدة رسـم العـثـما نى                أحكام المـد و القـصر

Berdasarkan bagan diatas, dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup ilmu tajwid ada enam, berikut ini uraiannya:
1.)      Makharijul huruf (tempat keluar huruf)
Makharijul huruf adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah, ketika huruf tersebut dilafadzkan. Menurut imam ibnu al-Jazairi ada 17 tempat, digarisbesarkan:
a.)      Al-Jauf                           : Lobang tenggorokan, yaitu ketika membaca mad (ا, و, ي)
b.)     Al-Halqu                        : Tenggorokan, contoh huruf (  ي, هى)
                  Tenggorokan tengah, contoh huruf (ع, ح )
  Tenggorokan depan, contoh huruf ( غ, خ )
c.)      Al-Lisan                         : Pangkal lisan, contoh huruf ( ق )
  Tengah lisan, contoh huruf (ش, ج )
  Ujung lisan
                  Tepi lisan, contoh huruf ( ض )
d.)     As-Syafatani : dua bibir, contoh huruf ( و, ب, م, ف )
e.)      A-Khaisyum : pangkal hidung, contoh huruf ( مّ , نّ )

2.)      Sifat-sifat huruf atau karakteristik huruf ada 4, yaitu:
a.)      Mutadhadah
b.)     Ghairu mutadhadah
c.)      Aridoh
d.)     Azimah

3.)      Hukum-hukum huruf
a.)      Izhar                Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ)bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.
b.)     Ikhfa                Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin( ـًـٍـٌ /نْ ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.
c.)      Iqlab                Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin ( ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
d.)     Idgham            Bighunnah  yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي
Idgham               Bilaghunnah Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)

4.)      Membahas hukum memanjangkan dan memendekkan huruf (boleh 1 harakat, boleh juga 2 harakat)
5.)      Hukum-hukum cara menghentikan dan memulai waqaf
Secara bahasa waqof artinya terhenti/tertahan. Menurut istilah ilmu tajwid, waqof maksudnya memutuskan suara pembacaan atas suatu kalimat untuk menarik napas, dengan berniat untuk mengulangi bacaannya atau memang berwaqof di tempat yang pantas.
Jenis-jenis waqaf:
·         Waqof Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Waqof Lazim disebut juga Waqof Taam (sempurna) karena waqof terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tandanya:( م ). Contoh ayat : Al Baqarah : 26
·         Waqof Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang sama hukumnya antara waqof dan washal. Tandanya:( ج ). Contoh Ayat An Nisaa’ : 12
·         Waqof Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal atau waqof, akan tetapi washal lebih baik dari waqof. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. Tandanya:( صلي ). Contoh ayat : Al Maidah : 8
·         Saktah Lathifah (Berhenti Sejenak), yaitu memutuskan suara (selama dua harkat) di akhir kata tanpa bernafas.
·         Waqof muraqabah (terkontrol) yang disebut juga ta’anuqul-waqfi (waqof bersilang), yaitu terdapatnya dua tempat waqof di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.
·         Waqof Mamnuk (terlarang), yaitu dilarang berhenti ditengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan pengertian karena mempunyai kaitan yang sangat erat — secara lafal dan makna – dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti ditempat itu. Tandanya : ()
Aturan Bacaan Ketika Waqof
Aturan waqof yang ke: 1
Apabila huruf terakhir berharakat sukun ( ْ ), maka cara melafazhkannya tetap tanpa ada perubahan, kecuali jika huruf terakhirnya adalah huruf Qalqalah, Hams, atau harus di baca Tafkhhiim, atau Tarqiiq, maka harus dibaca tampak.
Aturan waqof yang ke: 2
Jika huruf terakhir merupakan huruf hidup, atau tidak berharakat sukun, maka membacanya dengan menyukunkan huruf tersebut, kecuali jika huruf terakhirnya adalah huruf Qalqalah, Hams, atau harus di baca Tafkhhiim, atau Tarqiiq, maka harus dibaca tampak.
 Aturan waqof yang ke: 3
Apabila katanya berakhiran ta marbutan ( ة ), maka ketika disukunkan berubah lafazhnya menjadi Hha ().
 Aturan waqof yang ke: 4
Jika katanya berakhiran dengan huruf hidup dan huruf sebelumnya berharkat sukun maka huruf terakhirnya ( huruf hidup tersebut ) disukunkan dengan melafazhkan sebagian hurufnya saja.
 Aturan waqof yang ke: 5
Jika katanya berakhiran dengan huruf hidup dan huruf sebelumnya adalah huruf mad atau liin maka huruf terakhirnnya disukunkan dengan memanjangkan lafazh huruf maad nya
 Aturan waqof yang ke: 6
Apabila huruf terakhir berharkat tanwin fathah, maka tanwin berubah menjadi fathah dan dibaca dua harkat.
 Aturan waqof yang ke: 7
Jika huruf terakhir bertasydid, maka huruf tersebut disukunkan dengan tidak menghilangkan lafazh tasydidnya ( ّ ).
 Aturan waqof yang ke: 8
Apabila huruf terakhir berupa alif ta’nis maqshuran atau fi’il madlhi bina’ naqish yang diakhiri huruf ya’ maka di baca fathah ( َ ) dengan panjang dua harkat.

6.)      Kaidah-kaidah pesan Usmani
·         Pada zaman Nabi Saw. Yang disuruh beliau untuk menulis ayat yang baru diturunkan adalah Umar in Khattab dan Usman bin Affan.
·         Rasulullah setiap tahun ditiap bulan ramadhan mengadakan ‘mengajian’, Jibril turun menjelaskan tentang surah (Tauqifi: Nabi diajari Jibril tentang urutan ayat dan nama-nama surah).
·         Abul Aswad ad-Da’wi adalah pencetus ilmu nahwu, beliau adalah murid dari Ali r.a. pada masa beliau, harakat al-Quran hanya berupa titik.
·         Nashir bin Hasyim, Yahya bin Yaman, harakatnya bertitik akan tetapi beda warna, sedangkan pada hurufnya sudah bertitik (sekitar tahun 350 H).
·         Khalil bin Ahmad adalah orang yang pertama kali membuat kamus bahasa arab, serta memberikan tanda syakal sebagaimana al-Qur’an seperti sekarang ini.
·         Sementara itu, untuk nama surah dan tanda waqaf seperti ( قلى , لا , م ) dibuat pada zaman Bani Abbasyiyah.
·         Pada abad ke-16, sudah memiliki mesin cetak di Jerman. Jadi, baru pada saat itulah mushaf dicetak.
·         Pada abad ke-17, baru orang Islam sendiri yang membuatnya (mencetak mushaf) di Rusia dengan biaya orang Islam.
·         Sekarang pencetak al-Qur’an terbesar ada di Madinah, pencetaknya adalah Raja Arab Saudi.

C.       Kaidah-kaidah Rasym Usmani ( قـا عدة رشـم عـسمـاني )
Pada zaman khalifah Usman bin Affan, Zaid bin Tsabit adalah orang yang mengetuai penulisan al-Qur’an, selain itu beliau juga merupakan penulis surat-surat nabi.

قـا عدة رشـم عـسمـاني
 

الـحـذف                                         الـزيـا د ة                                    الـبـد ل
Berdasarkan bagan tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
·          الـحـذف artinya adalah membuang huruf  الألف  (العـلـمـيـن   ), الـياء  ( يـاقـوم ),  الواو( سـتـدع ),  الـنـون  ( نـنـجى ),  اللام( التـى)
·          الـزيـا د ة artinya adalah menambah huruf   الالف(لـشـايْءٍ), الواو( أُولئـك), الـيـاء  ( أفـايـن مـات)
·          الـبـد ل artinya adalah mengganti huruf   ا dengan و atau ي ( الـصَّـلوةَ حَـسَّـرَفِي ), mengganti huruf ن dengan ا ( لَـنَـسْـفَـعًـا ),mengganti huruf  ة dengan ت  ( رَحْـمـَتَ سَـنَـتٌ ),mengganti huruf و dengan ا ( شَـتَـاصَـفَـا )
Adapun tujuan dari Rasy Usmani:
·         Agar orang mempelajari al-Qur’an dengan guru (beguru)
·         Menjaga standarisasi qira’at
Tanda-tanda baca yang dijadikan patokan ulama untuk membaca Rasy Usmani diantaranya adalah:
tanda ° (أُولئـك ) diatas huruf و =  dibaca tidak panjang
Perhatikan tanda baca tanwin , apabila baris tanwinnya rata (sama atas bawah, tidak panjang sebelah), maka hukum bacaannya adalah izhar. Contoh: قـَوْ مٍ هـَا دٍ
Sementara itu, apabila tanda baca tanwinnya tidak rata (panjang sebelah)                       , maka artinya ada indikasi idgham. Contohيوِمئـذٍ نَـاعِـمَـة ٌ
مـبادى عـشـر في عـلـم التـجـويـد
(Sepuluh Pokok Pendahuluan Ilmu Tajwid)
1.             اسـمـه   (Namanya)
2.              حـده    (Definisinya)
3.        )      حـكـمـهHukum mempelajarinya(
4.        )   مـوضـعـهPokok pembahasannya(
5.        )      فـضـلـهKeutamaan mempelajarinya(
6.        )    واضـعـهPencetusnya(
7.        )     نـسـبـتـهKedudukannya(
8.        )  اسـتـمـدادهSumber pengambilannya(
9.        )     مـسـئـلهMasalah-masalahnya(
10.     )     غـايـتـهTujuan mengkajinya(
الـفـرق بـيـن عـلـم التـجـويـد وعـلـم الـقـراءة
(Perbedaan Ilmu Tajwid dengan ilmu Qira’at)
 

عـلـم التـجـويـد                                                                         عـلـم القـراءة        
هـوعلم يعرف به اعـطاء كلّ حرف حقه و مـستحـقه                                هوعلم يعرف به كيفية الفطق في الكـلمـا ت القـرانيّة
من الصفات والمـدود و عن ذ لك كا لترقيق و التفخـيم                                وطـريقـة أداءهـااتـفـقاواخـتـلافا مع عز و كـلّ وحـه                                                                          الفاقـله                                                                          ونحوهـمـا
 

  Ilmu yang menyebabkan seseorang                                                                 Suatu pengetahuan tentang tatacara
  mampu memberikan kepada setiap                                                                    pengucapan bentuk kalimat alQuran
  huruf haknya dan mustahaqnya*                                                                     baik yang disepakati maupun yang
                                                                                                                                  terjadi perbedaan padanya dengan di                                                                                                              sandarkan pada seorang imam                                                                                                                                                                                          qira’at                                      **         
keterangan:
* Hak= hak/wajib ada pada huruf (cont. sifat huruf/makharijul huruf), dan mustahaq= hak-hak yang muncul setelah hak ditunaikan(cont. hukum izhar, ikhfa, idgham, dan iqlab, dll)
** ada qira’at 7, salah satunya adalah Ibnu Katsir (Mekkah)

Berikut ini adalah uraian mengenai sepuluh pokok pendahuluan ilmu tajwid.
1.       Ilmu Tajwid
2.       a.) Dari segi bahasa atau لـغـه , yaitu  -  يـجـود  - تـجـويـداًجـوّد , artinya memperelok; memperbagus.
b.) Dari segi istilah, ulama ahli tajwid menyatakan bahwa ilmu tajwid adalah ilmu membaguskan bentuk-bentuk kalimat al-Qur’an.  
Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan. Adapun pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran.
Sedangkan Qiro’at adalah untuk mengetahui seluk beluk bentuk-bentuk kalimat al-Qur’an.

3.       Hukum mempelajari ilmu tajwid berdasarkan kesepakatan ulama tajwid adalah fardhu kifayah (Fardhu Kifayah adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur(, Sedangkan hukum membaca dengan tajwid adalah fardhu ain (Fardhu 'Ain adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan oleh seluruh individu yang telah memenuhi syaratnya. Dalam Islam, meninggalkan aktivitas yang hukumnya Fardhu 'Ain akan menyebabkan pelakunya mendapatkan dosa), hukum fardhu ain membaca al-Qur’an dengan bertajwid terdapat dalam kitab بـديـة الـمـسـتـقـيـم
Adapun dalil-dalil yang menegaskan wajibnya membaca Qur’an dengan tajwid adalah:
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً
Artinya : “atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. al-Muzzammil [73] : 4)

قال الامام علي: الترتيل هوتجويدالحرف ومعرفةالوقف
Artinya: “Kata imam Ali: tartil itu adalah memperindah atau memperelok dan tatacara menghentikan bacaan.”
الحديث= قوله صلى الله عليه وسلّم:رب قارىءللقران يلعنـه
Artinya: Nabi Saw. Bersabda “berapa banyak orang yang membaca al-Qur’an tapi Qur’an yang dia baca tersebut melaknat dirinya.
Hadits tersebut diatas menyatakan bahwa apabila membaca al-Qur’an hanya sekedar membaca tanpa beguru (pembimbing), maka bukan pahala yang akan didapat akan tetapi justru laknat al-Qur’an lah yang didapat karena orang yang membaca tersebut membaca tanpa ilmu (sembarangan baca, tanpa memberikan hak dan mustahaqnya)
مـعـنى تـلاوة الـقـران حـقّ تلاوته
(Makna membaca al-Qur’an yang sebenar-benar bacaan)

 

الـسان                                     الـعـقـل                                     الـقـلـب
       يـرتـّل                                           يـتـرجـم                                           يـتـعـظ          
Mengambil nasehat                                Menterjemahkan                                                                       Membaca
   dan meresapkan                                            ayat                                                                                          dengan
          ke hati                                                                     yang dibaca                                                               tartil                  

4.       Pokok Pembahasan ( مـوضـعـه )                  
Ilmu tajwid hanya membahas masalah kalimat-kalimat al-Qur’an (seputar kalimat-kalimat al-Qur’an), sedangkan untuk hadits dan zikir serta syair maulid membaca tanpa tajwid tidak apa-apa, akan tetapi akan bagus apabila menggunakan tajwid.

5.       Keutamaan mempelajarinya ( فـضـلـه )
Sebagaimana H.R. Bukhari terdapat sebuah hadits Nabi Muhammad Saw.
خَـيْـرُ كُـمْ مَـنْ تـَـعَـلَّـمَ الْقُأرْ آنَ وَ عَـلَّـمَهُ
Berdasarkan hadits tersebut, ulama hadits berkomentar tentang تـَـعَـلَّـمَ :
·         Perintah untuk membaca Qur’an dengan kaidah bertajwid
·         تـَـعَـلَّـمَ = لتـكـلـّف, yakni memerlukan proses yang panjang

6.       Pencetusnya
Pencetus Ilmu Tajwid:



تـاريـخ عـلـم التـجـويـد
)Sejarah ilmu tajwid)
اول مـن وضـع قـواعـد الـتـجـويـد مـن النـاحـيـة تاعـلـمـيـة   (ulama-ulama yang pertama kali membuat ilmu tajwid dari segi teori), adalah:
1)       الخـلـيـل بن أحـمـد الـفـراهـيـدي (Khalil bin Ahmad al-Farahidy, beliau adalah pembuat kamus pertama di dunia)
2)       أبـوعـبـيـد القـاسـم بن سـلام (Abu Ubaid al-Qasim bin Salam)
3)       أبـوالأسـوادالـدؤلى (Abu Aswad ad-Da’uli, beliau merupakan murid besar imam Ali karramallahu wajhah yang juga merupakan pencetus ilmu nahwu)
        Berdasarkan tiga nama tersebut diatas, mayoritas banyak yang memilih Abu Ubaid al Qasim bin Salam sebagai pencetus teori ilmu tajwid sedangkan untuk pilihan 1 dan 3 terbilang lemah. Perlu diketahui bahwa ilmu tajwid ini berkembang mulai tahun 130 H hanya dengan melalui lisan.
 اول مـن ون عـلـم التـجـويـد نـظـمـا(Orang yang pertama kali membukukan ilmu tajwid dalam bentuk syair) adalah أبي مـزاحـم الخـافـانى (Abi Mazahim al-Khafani) pada tahun 200 H.  Adapun pencetus mutlak ilmu tajwid dari segi praktik (امـا الـوا ضـع له مـن النـاحـيـة الـعـلـمـيـة) adalah Rasulullah Saw. dengan Jibril sebagai guru beliau.
7.       Sumber Pengambilan ilmu tajwid (الاسـتـمـداده )
طـريـقـة اخـذ القـراة عـن الـشـيـخ
طـريـقـة المـتـقـدمـيـن عـلـمـاءالـسـلف                             طـريـقـة الـمـأخّـريـن عـلـمـاء الخـلف Murid membaca dihadapan Guru                                          murid hanya mendengarkan     dan Guru mendengarkan sambil                                                        bacaan Guru  
       memperbaiki bacaan yang salah                                                 (metode al-Ardhu’)             
    (metode at-Talaqin)

 


الـمـشـافـهـة
التـّـلقي
بالنـظـر                                                             بالغـيـب
بالـمـصـحـف                                                     بـدون الـمـصـحـف      
( بالـحـفـظ )                                                                  (melihat mushaf)  
Keterangan:
Musyafahah/ Talaqqi adalah gabungan antara salaf dengan khalaf, yakni langsung melihat mulut Guru dan berhadapan langsung dengan Guru. Sedangkan dalam talaqqi, dibagi lagi menjadi 2, yaitu membaca dengan melihat mushaf dan membaca dengan tanpa mushaf (menghafal).

8.        مـسـئـله(Masalah-masalahnya(
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’(memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.

9.       Tujuan mengkajinya (غايـتـه )
Tujuan mengkaji ilmu tajwid adalah menjaga lidah agar tidak salah ketika membaca Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid terdapat tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Pengetahuan tentang makhraj huruf memberikan tuntunan bagaimana cara mengeluarkan huruf dari mulut dengan benar. Pengetahuan tentang sifat huruf berguna dalam pengucapan huruf. Dalam ahkamul maddi wal qashr berguna untuk mengetahui huruf yang harus dibaca panjang dan berapa harakat panjang bacaannya. Ahkamul waqof wal ibtida’ ialah cara untuk mengetahui dimana harus berhenti dan dari mana dimulai apabila bacaan akan dilanjutkan.

10.   Kedudukan ilmu tajwid adalah menjaga lidah agar tidak salah ketika membacanya, sehingga dengan begitu tidak akan mengubah makna dari al-Qur’an.